Ibadah yang Disyariatkan Selama di Arafah
Setiap tahun ada orang-orang yang terpilih untuk menunaikan ibadah haji. Di zaman sekarang, jutaan umat Islam berkumpul di Padang Arafah tiap tahunnya. Sebuah kenikmatan yang sungguh agung. Sebagai wujud syukur kepada Allah al-Mannan, sudah sepantasnya para jamaah haji mengisi hari mulia ini dengan sebaik mungkin sesuai dengan tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Berikut ini adalah penjelasan tentang amalan hari Arafah beserta dalilnya.
- Setelah menjalankan sunnah bermalam di Mina pada hari tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah) dan melakukan shalat lima waktu di sana, para jamaah haji disunnatkan untuk menuju Arafah begitu matahari terbit pada tanggal 9 Dzulhijjah. Hal ini berdasarkan penjelasan Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhum : Maka pada hari tarwiyah mereka berangkat menuju Mina bertalbiyah haji, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menaiki kendaraan lalu shalat di sana Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya dan Shubuh, kemudian menunggu sebentar sampai matahari terbit. (HR. Muslim no. 1218).
- Saat menuju Arafah disunnatkan memperbanyak talbiyah dan takbir. Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhum meriwayatkan : Kami berangkat di waktu pagi bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Mina ke Arafah, di antara kami ada yang bertalbiyah dan ada yang bertakbir. (HR. Muslim no. 1284).
- Setibanya di Arafah, para jamaah haji bisa langsung menempati tempat mereka. Harus dipastikan bahwa tempat yang akan dipakai wukuf merupakan bagian dari Arafah, karena jika wukuf di luar Arafah, wukud kita tidak sah. Sementara wukuf adalah rukun haji dan tidak bisa digantikan dengan dam atau sejenisnya. Jubair bin Muth’im radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Seluruh Arafah adalah tempat wukuf, dan jauhilah tengah lembah ‘Uranah (HR. Ahmad no. 16.797, dihukumi shahih oleh al-Albani dan Syuaib al-Arnauth rahimahumullah). ‘Uranah adalah sebuah lembah (wadi) yang terletak di dekat Masjid Namirah dari arah Makkah dan tempat itu bukan bagian dari Arafah. Hadits ini menunjukkan bahwa jamaah haji harus memastikan bahwa tempat wukuf mereka termasuk wilayah Arafah. Saat ini, batas Arafah ditandai dengan papan-papan besar dan tinggi yang bisa dilihat dari jauh.
- Waktu wukuf dimulai saat tiba waktu Zhuhur dan selesai dengan terbitnya fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Jadi, orang yang tidak dimudahkan untuk wukuf di siang hari, masih bisa melakukannya di malam hari, dan wukufnya sah. Bagi jamaah haji yang terpaksa harus masuk Arafah sejak tanggal 8 Dzulhijjah, seperti sebagian besar jamaah haji Indonesia, mereka bisa langsung bersiap wukuf sebelum waktu Zhuhur di tenda masing-masing.
- Begitu waktu Zhuhur tiba, disunnatkan untuk melakukan shalat Zhuhur dan Ashar dengan cara jama’ dan qashar, masing-masing dua rakaat di awal waktu shalat Zhuhur, dengan satu adzan dan dua iqamah sebagaimana disebutkan dalam hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu berikut : Kemudian (Bilal) mengumandangkan adzan lalu iqamah, maka (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam) shalat Zhuhur. Kemudian (Bilal) mengumandangkan iqamah, maka Rasulullah shalat Ashar dan tidak melakukan shalat apapun di antara keduanya. (HR. Muslim no. 1284). Hikmahnya adalah agar setelah itu kita bisa memiliki waktu yang luas untuk berdoa dan berdzikir, karena saat itu adalah waktu terbaik untuk berdoa.
- Sebelum shalat Zhuhur, disunnatkan bagi imam untuk menyampaikan khutbah tentang agama secara umum dan penjelasan tentang amalan-amalan haji yang masih tersisa, sebagaimana dicontohkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Jabir radhiyallahu ‘anhu ini : Sehingga saat matahari tergelincir, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar unta al-Qashawa disiapkan, maka ia pun dipasangi pelana, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi tengah lembah (Wadi ‘Uranah) dan berkhutbah. (HR. Muslim no. 1284).
- Saat di Arafah, sebaiknya para jamaah haji tidak berpuasa, sebagaimana dicontohkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Ummul Fadhl radhiyallahu ‘anha berikut : Dari Ummul Fadhl binti al-Harits radhiyallahu ‘anha bahwa orang-orang berselisih di dekatnya tentang puasa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka berkata bahwa beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa, dan sebagian lagi mengatakan tidak. Maka Ummul Fadhl radhiyallahu ‘anha mengirimkan secangkir susu saat beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas unta, dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminumnya. (HR. al-Bukhari no. 1887 dan Muslim no. 1123). Tidak berpuasa selama di Arafah akan lebih mendukung ibadah dan amalan selama di asama Wukuf di Arafah merupakan pertemuan akbar umat Islam dalam ibadah mereka. Hal ini mengingatkan kita akan hari dikumpulkannya seluruh makhluk lintas zaman dan generasi di Padang Mahsyar. Mengingat hal ini, hendaknya setiap Muslim menyiapkan dirinya untuk menyambut kedatangan hari itu dengan amal shaleh.
- Hendaknya para jamaah haji memanfaatkan waktu sangat berharga di Arafah ini, yang hanya beberapa jam dengan banyak bertalbiyah, berdzikir dan sungguh-sungguh berdoa untuk kebaikan dunia dan akhirat. Seperti telah dijelaskan dalam pembahasan keutamaan hari Arafah, doa pada hari ini adalah sebaik-baik doa, dan sebaik-baik doa yang dipanjatkan hari itu adalah : Tiada ilah yang diibadahi dengan haq kecuali Allah, hanya Dia, tiada sekutu bagi-Nya, hanya milik-Nya kekuasaan dan pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.Karena ini adalah doa terbaik, jamaah haji harus menghafalnya, lalu sebanyak dan sekhusyu’ mungkin mengucapkannya selama wukuf. Teladani kesungguhan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berdoa sebagaimana digambarkan Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhum ketika beliau berkata : Aku dibonceng Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di Arafah, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berdoa. Unta beliau miring, dan jatuhlah tali kekangnya, lalu beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambil tali kekang itu dengan salah satu tangan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara tangan yang satu lagi tetap tengadah berdoa. (HR. an-Nasa’i no. 3011, dihukumi shahih oleh al-Albani rahimahullah). Hadits di atas menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa sendiri dan tidak mengumpulkan para sahabat untuk berdoa bersama, maka petunjuk beliaulah yang paling pantas diikuti. Tidak ada doa khusus untuk hari Arafah dan jamaah haji bisa berdoa apa saja untuk kebaikan akhirat dan dunia. Tapi hendaknya mengutamakan doa-doa dari al-Quran dan sunnah yang shahih, karena doa-doa seperti ini merupakan jawami’ul kalim (kalimat yang pendek lafazh tapi luas makna) dan dijamin selamat dari kesalahan.
Saran saya,
- Susunlah proposal doa Anda dari jauh hari!
- Kumpulkanlah doa-doa terbaik untuk dipanjatkan di waktu yang sangat berharga ini, agar Anda bisa mengoptimalkan kesempatan yang belum tentu terulang dan tidak kekurangan bekal doa di sana.
- Jangan lupakan orang tua, keluarga, keturunan dan orang-orang yang saudara cintai dalam doa terbaik ini.
- Jangan sia-siakan satu menitpun dari waktu yang singkat ini untuk hal-hal yang kurang berguna! Jika lelah atau bosan, saudara bisa selingi dengan dzikir dan baca al-Qur’an, atau istirahat sejenak agar bisa segar lagi.
- Hendaknya para jamaah haji tidak keluar dari Arafah kecuali setelah terbenam matahari, seperti petunjuk hadits Jabir tentang sifat wukuf Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : Beliau masih terus wukuf sampai matahari tenggelam, warna kuning sedikit pergi dan bola matahari tidak kelihatan lagi. (HR. Muslim no. 1284).
- Setelah matahari benar-benar terbenam, jamaah haji boleh meninggalkan Arafah untuk bermalam di Muzdalifah dan menyelesaikan amalan-amalan haji selanjutnya.
Demikianlah rangkaian amalan yang disyariatkan untuk dilakukan oleh jamaah haji selama di Arafah. Jika kita melakukannya dengan ikhlas dan mengikuti petunjuk Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam disini dan dirangkaikan amalan haji yang lain, insya Allah kita akan meraih haji yang mabrur, dosa-dosa kita diampuni dan doa-doa kita dikabulkan. Kita akan menjadi orang yang mendapatkan barakah hari Arafah dengan terbebaskan dari api neraka. (Ustadz Anas Burhanuddin, MA)